KuLi4H

Welcome....

Welcome to Our World.....
Please enjoy with my blog.....

Sabtu, 13 November 2010

Cerpen:


CINTA AL - QURAN DAN HUKUM PASCAL....

"Umi, Abi, lihat ini! Zahra lolos seleksi di UIN dan masuk jurusan pendidikan guru Bahasa Arab," teriak Zahra sambil menunjukkan namanya dalam daftar yang lolos di UIN.
            "Alhamdulilah, nduk," sahut Ummi.
Setelah mendengar kabar tersebut, seluruh anggota keluarga Pak Kyai melakukan sujud syukur sebagai tanda rasa syukurnya karena salah satu anak dari Pak Kyai telah lolos masuk UIN dengan jurusan yang dia inginkan.
***
Beberapa hari kemudian, pondok pesantren milik Pak Kyai akan melakukan acara khataman. Acara khataman ini selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Akibat adanya acara ini, pondok pesantren Ar – Rahman telah menghasilkan banyak sekali hafidz (orang yang hafal Al- Quran). Salah satu santri yang akan dinobatkan sebagai hafidz adalah Tamamul Qomar. Qomar merupakan santri yang paling dekat dengan Pak Kyai, bahkan Qomar sudah dianggap sebagai anggota keluarganya Pak Kyai Masrur. Qomar merupakan satu – satunya santri yang kuliah di UGM jurusan kedokteran. Qomar dikenal sebagai santri yang cerdas, baik hati, dan bersikap sopan. Karena tindak tanduknya, para santriwati banyak yang mengaguminya.
"Kapan orangtua kamu akan datang?" tanya Pak Kyai Masrur.
"Besok jam 09.00 dari Jakarta, Pak Kyai," jawab Qomar dengan lugas.
"Kalau sudah sampai di bandara ngomong ke Bang Udin biar nanti di jemput Bang Udin di bandara," ucap Pak Kyai.
"Nggak usah Pak Kyai, nanti kalau Pak Kyai mau pergi bagaimana?" tolak Qomar dengan halus.
"Nggak apa – apa. Lagipula ini sebagai salah satu penghormatan pondok pesantren ini untuk orangtua kamu yang telah mendidik anaknya menjadi cerdas dan baik budinya seperti kamu," puji Pak Kyai.
***
Acara khataman pun tiba, semua tenda berjajar di depan pondok pesantren. Para santriwan dan santriwati yang mengikuti acara khataman harus lebih ekstra memutar otak agar semua bacaan yang mereka hafal tetap hafal. Orangtua santriwan maupun santriwati dari berbagai penjuru Indonesia pun berdatangan ingin melihat anaknya melafadzkan ayat suci Al – Quran tanpa melihat Al- Quran.
"Assalamua'laikum warrohmatullahi wabarokatuh," ucap Iffah membuka acara khataman tersebut.
"Waa'laikum salam warroh matullahi wabarokatuh," jawab semua orang yang hadir.
Iffah pun membacakan satu per satu susunan acara dengan dibantu oleh Nizar. Acara yang ada pada khataman tersebut diantaranya adalah nasyid, sambutan Pak Kyai, melantunkan 30 juz bagi yang hafidz dan sebagainya. Semua orang yang hadir sangat antusias dengan acara tersebut.  
Tibalah Qomar melantunkan ayat suci Al – Quran. Semua orang yang duduk di bawah tenda terdiam dan khusyu' menyimak apa yang dibacakan Qomar. Suara merdu Qomar membuat semua orang yang hadir terdiam dan terheran – heran dengan kepiawaiannya dalam membaca Al – Quran. Bahkan salah satu orang yang duduk di dekat Ibu Kyai menangis bangga akan kecerdasan bayi yang pernah dikandungnya selama kurang lebih 9 bulan. Sungguh luar biasa Qomar!
Lalu acara khataman dilanjutkan dengan makan bersama. Qomar dan santriwan ataupun santriwati yang menghafal Al - Quran menadapatkan uluran tangan dari beberapa santri yang lain sebagai ucapan tanda selamat. Qomar pun berharap bahwa dirinya dapat dijadikan sebagai semangat bagi para santriwan maupun santriwati yang baru memeras keringat untuk menghafal Al – Quran.
Acara khataman telah usai, kedua orangtua Qomar menuju ke rumah Pak Kyai Masrur. Rumahnya sungguh terasa sejuk bak seperti ada AC-nya, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi asmaul husna dan berbagai potongan ayat yang ada di dalam Al – Quran. Di salah satu sudut ruang tamunya terdapat banyak sekali piala. Piala – piala tersebut milik kedua anaknya yang berprestasi dalam berbagai lomba menulis dan keagamaan.
"Assalamualaikum, Pak Kyai," seru Bapak Hassan.
"Waalaikum salam," jawab Pak Kyai sambil berjabat tangan dengan kedua orangtua Qomar.
"Maaf Pak mengganggu. Kedatangan saya kemari adalah untuk meminta sebuah permohonan kepada Pak Kyai," kata Pak Hassan.
"Permohonan apa ya?" tanya Pak Kyai penasaran.
"Alhamdulillah Qomar sebentar lagi selesai S1 Kedokteran. Namun Qomar ingin sekali membuka klinik di sini. Bagaimana Pak? Apakah Qomar diperbolehkan membuka klinik di pondok pesantren ini?" tanya Pak Hassan.
"Wah...., kalau begitu saya sangat bersyukur apabila nak Qomar mau membuka klinik di sini." Ucap Pak Kyai.
Tiba – tiba Zahra datang membawa dua cangkir teh dan satu cangkir air putih untuk orang tuanya Qomar dan Abinya.
"Mohon maaf Pak Kyai, ini siapa?" tanya Ibu Husna.
"Oh, ini anak saya yang paling sulung," jawab Pak Kyai.
"Subhanallah.., cantik sekali, apalagi dengan balutan jilbab birunya," puji Ibu Husna.
"Terimakasih Bu," sahut Zahra.
***
Hari ini Zahra akan mulai tinggal jauh dengan orang tuanya. Perasaan Zahra bercampur aduk antara senang dan sedih. Namun dengan tekad dan percaya diri, Zahra akan mencari ilmu di UIN untuk dapat disalurkan di Pondok Pesantren AR – RAHMAN milik Abinya.
"Hati – hati nduk," ucap Pak Kyai.
"Inggih, Abi!" seru Zahra.
"Maaf nduk, Abi nggak bisa nganter Zahra sampe kos – kosan. Insya Allah minggu depan Abi datang menjenguk genduk," kata Pak Kyai.
"Nggak apa – apa kok. Tapi, jangan lupa selalu mendoakan Zahra supaya kuliahnya lancar," ujar Zahra.
"Itu kan sudah kewajiban Abi."
Sebelum berangkat menuju ke kos – kosannya, Zahra mencium tangan Abinya. Saat Zahra mencium tangan Abinya, keluarlah air mata dari kelopak mata Zahra. Entah kenapa Zahra merasa berat sekali meninggalkan Abi, keluarga dan pondok pesantren ini. Namun Zahra sadar bahwa dia pergi untuk menuntut ilmu dan akan dia salurkan di pondok pesantren milik Abinya. Lalu Zahra diantar oleh Uminya menuju ke kos – kosan. Perjalanan Zahra sungguh membuat Zahra kelelahan, sampai – sampai dia tertidur pulas di mobil.
Setelah sampai di tempat kos, Umi membangunkan Zahra. Zahra pun terbangun dengan mata merah. Lalu, Umi dan Zahra masuk menuju kamar Zahra yang sudah dipesan sekitar satu bulan yang lalu. Di salah satu sudut kamar itu terdapat tempat tidur dan satu almari baju. Selain itu, di sana terdapat sebuah kamar mandi yang bersih dan terawat. Lalu, Zahra dan Uminya pun mengambil barang – barang Zahra yang ada di mobil untuk dibawa ke kamarnya. Barang – barang Zahra sangat beraneka ragam, mulai dari novel – novel islami hingga alat makan, Zahra bawa semua. Bahkan Zahra membawa foto keluarga dan teman – temannya serta membawa buku kenangan SMAnya yang telah ditandatangani oleh teman satu kelasnya.
Setelah selesai menata semua barang – barang Zahra, Uminya menggeletakkan badannya ke kasur.
"Nduk, jangan lupa sholat lima waktu dan sunnahnya dijaga," kata Umi.
"Iya, Umi." Ucap Zahra sambil menganggukkan kepala.
"Umi kepengen Zahra tetap selalu telepon Umi tiap harinya, trus kalau pilih teman hati – hati, lalu kalau mau makan di warung cari warung yang bersih, terus kalau tidur jangan sampai larut malam, terus ............," jelas Umi.
"Sudah Umi!! Zahra bukan anak kecil lagi, Zahra udah gedhe, udah kuliah Umi!" seru Zahra.
"Iya Umi tau, bagaimanapun juga ini Umi lakukan sebagai tanda kasih sayang Umi kepada kamu nak," ucap Umi dengan lembut.
"Maafin Zahra, Umi," kata Zahra dengan muka kusut.
"Iya..., kalau begitu Umi mau pulang dulu. Kasihan Abi," ujar Ummi.
Umi pun mengangkat badannya dari tempat tidur dan Zahra pun mengantar Uminya menuju ke mobil yang telah menanti sejak tadi. Zahra pun melambaikan tangan kepada Uminya sebagai tanda perpisahan Umi dengan Zahra.
Zahra mulai berkenalan dengan penghuni kos. Zahra memulainya dengan berkenalan dengan kamar sebelah. Zahra mengetuk pintu dan mengucapkan salam beberapa kali. Tiba – tiba keluarlah sesosok perempuan yang tinggi, berkulit kuning langsat, dengan jilbab kecilnya yang berwarna hijau. Tanpa basa – basi Zahra memperkenalkan dirinya ke perempuan tersebut. Ternyata perempuan tersebut bernama Luthfiyah. Dari ucapan dan tingkah lakunya, Luthfiyah merupakan orang yang baik dan enak diajak ngobrol. Ternyata Luthfiyah juga mahasiswa baru di UIN dengan jurusan yang sama, sehingga ada kemungkinanan Zahra dan Luthfiyah satu kelas.
***
Hari pertama Zahra masuk UIN pun tiba. Ini merupakan hari yang paling mendebarkan bagi Zahra, karena Zahra akan bertemu dengan lingkungan yang baru dan akan diberikan beberapa penyuluhan dari kakak kelas atau sering disebut OSPEK. Semua mahasiswa baru berdatangan dengan membawa tugas yang telah diperintahkan oleh kakak kelas. Semua mahasiswa baru menunggu detik – detik upacara pembukaan OSPEK.
Hari demi hari Zahra ikuti dan patuhi semua perintah kakak kelas dengan baik. Selama satu minggu, Zahra sudah memiliki banyak teman dari berbagai penjuru Indonesia. Bahkan Zahra merasa senang dengan adanya kegiatan OSPEK ini karena bisa menambah teman dan keakraban. Selain itu, banyak mahasiswa baru yang mulai mengagumi kakak kelasnya termasuk Zahra. Zahra mengagumi Khairan Izzat. Izzat merupakan mahasiswa yang ulet dan rajin. Izzat selalu aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Izzat merupakan mahasiswa yang mudah bergaul serta dicap sebagai penggoda wanita. Izzat mendapat gelar penggoda wanita karena sikapnya kepada wanita selalu baik, fasih dalam membaca Al- Quran serta suka membuat lelucon. Namun keunikan Izzat adalah dia belum pernah pacaran.
***
Satu minggu kemudian, Izzat memasuki kelas Zahra saat pelajaran Bahasa Arab. Hati Zahra sangat terkejut melihat Izzat yang masuk kelas dan duduk di kursi dosen. Mata Zahra terbelalak kaget, seluruh badan tak bergerak. Alhamdulillah Luthfiyah menegur Zahra sehingga Zahra dapat menyadari akan perbuatannya.
Selama pelajaran tersebut, Zahra tidak pernah memandang Izzat, Zahra hanya menunduk tak berdaya. Tiba – tiba Izzat, asisten dosen Pak Burhan, memberikan sebuah tugas kepada mahasiswanya serta dia mengatakan bahwa dirinya akan selalu menggantikan Pak Burhan karena Pak Burhan harus melanjutkan studinya ke Mesir. Mendengar perkataan Izzat, Zahra merasa senang bercampur dengan sedih. Zahra merasa senang karena Zahra dapat selalu bertemu dengan Izzat, sedangkan Zahra merasa sedih karena dia harus selalu menjaga pandangan kepada Izzat karena Zahra menyukai Izzat.
***
 "Assalamualaikum, Zahra!" seru Izzat, ketika Zahra jalan lewat depan kos – kosan Izzat.
"Waalaikumsalam," jawab Zahra.
"Wah, pagi – pagi gini kok buru – buru ke kampus? Dosennya saja masih mau beli bubur ayam untuk sarapan," ujar Izzat.
"Ada tugas dari asisten dosen yang belum aku selesaikan," ucap Zahra.
"Santai aja kali, aku nggak bakalan marahin kamu kok. Bener, aku nggak bohong!" janji Izzat sambil senyam senyum sendiri.
"Beneran?? Nggak bohong, Mas??" tanya Zahra.
"Iya, beneran. Tapi jangan dimarahi kalau aku ngasih nilai D," kata Izzad sambil tertawa.
"Sama aja, Mas," ucap Zahra sambil cemberut.
Lalu Zahra berjalan menuju ke kampus dengan kecepatan penuh.
***
Selama dua setengah tahun Izzat menjadi dosen pengganti untuk kelasnya Zahra. Hubungan mereka pun semakin hari semakin dekat. Banyak orang yang mulai menggunjingkan hubungan mereka berdua. Namun Izzat selalu menganggap bahwa berita – berita yang ada hanyalah sebuah angin yang lewat dari kuping kanan menuju ke kuping kiri.
Namun pemberitaan – pemberitaan yang ada semakin tambah panas dengan adanya sebuah rekaman pembicaraan antara Zahra dengan Izzat tentang keinginan Izzat untuk berkunjung ke pondok pesantren milik Abinya Zahra. Bunyi rekamannya yaitu
"Zahra, insya Allah besok aku mau ke pondok pesantren Ar – Rohman, milik Abinya Zahra. Nanti kalau menurut saya cocok saya akan datang bersama orang tua saya," ucap Izzat.
"Saya berharap semoga cocok, lagipula saya sangat berharap sekali kalau salah satu anggota keluarganya Mas Izzat ada yang mau .................," kata Zahra.
Semua orang yang mendengarkan rekaman tersebut menyalahartikan isi rekaman tersebut. Semua orang mengira bahwa Izzat akan melamar Zahra, padahal Izzat ingin melihat pondok pesantren tersebut agar adiknya mau sekolah di pondok pesantren. Rekaman pembicaraan tersebut putus karena handphone Luthfiyah baterainya habis. Selain itu, rekaman ini secara tidak sengaja tersebar ke seluruh penjuru UIN.
***
Satu tahun kemudian Zahra lulus dari kuliahnya dan kembali ke rumah untuk mengabdikan ilmunya di Pondok Pesantren Ar – Rohman. Sesampainya di rumah, Zahra terbelalak kaget. Di sana sudah terdapat orangtua Qomar. Tiba – tiba saja hati Zahra mulai tak enak, merasa ada yang mengganjal di dalam lubuk hati yang paling dalam.
Abinya menyuruh duduk Zahra dan mencoba menjelaskan kedatangan orangtua Qomar.
"Zahra, anakku yang paling gedhe dan paling ayu. Sekarang, kamu udah besar dan bisa menjawab sebuah pilihan dengan bijaksana. Maksud kedatangan orangtua Qomar kemari adalah untuk melamar kamu Nak. Kamu sudah ditunggu Qomar di sini selama kurang lebih empat tahun," jelas Pak Kyai.
Mendengar ucapan Abinya, Zahra merasa bahwa semua ini terlalu cepat. Zahra ingin sekali menikmati indahnya mengajarkan ilmunya yang ia dapat untuk disalurkan ke santri pondok pesantren Abinya, bukan untuk dipinang oleh seseorang.
"Maaf Abi, Ummi, Mas Qomar, Bapak dan Ibu Hassan, saya untuk saat ini belum bisa jawab. Bolehkah saya diberi waktu satu minggu lagi?" tanya Zahra.
"Tidak apa – apa nak. Saya mengerti," jawab Pak Hassan.
Selama satu minggu penuh, Zahra selalu sholat Istikhoroh. Dia selalu dibayangi dengan wajah Qomar. Selain itu, Zahra merasa bahwa dirinya seperti selalu mendengarkan ayat suci Al – Quran yang dilafadzkan seperti pada saat khataman. Hati Zahra pun semakin mantap kalau pilihannya terletak pada Qomar, serta jodoh yang diberikan kepada Allah adalah Qomar.
Namun dua hari sebelum Zahra menjawab lamaran Qomar, Zahra bermimpi Qomar marah – marah kepada Zahra serta Qomar membawa sebuah sapu yang diacung – acungkan kepada Zahra. Saat Zahra terbangun dari mimpinya yang buruk, kemantapan Zahra menjadi sebuah keraguan yang sangat besar. Akibat keraguannya yang sangat besar itu, Zahra ingin membicarakan sesuatu kepada Qomar.
Sehari sebelum Zahra menjawab lamaran Qomar, Zahra ingin menemui Qomar. Zahra pun menuju ke klinik milik Qomar. Di dalam klinik, Zahra melihat Qomar sedang melihat foto seorang perempuan yang masih muda dan berjilbab, parasnya cantik. Lalu, tiba – tiba Qomar membanting foto itu dan memukuli dirinya sendiri. Melihat kejadian itu, Zahra merasa takut sekali, hatinya gundah, serasa tak ingin melihat Qomar lagi.
Keesokan harinya, kedua orangtua Qomar datang dan menanyakan jawaban atas lamaran anaknya terhadap Zahra.
"Keputusan saya ini merupakan sebuah keputusan yang saya buat sendiri tanpa ada orang lain yang memaksa ataupun membujuk saya. Dalam surat Ar- Ruum ayat 21 yang artinya dan di antara tanda – tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikan-Nya kasih sayang diantara kamu. Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa kita hidup berpasangan untuk mencapai sebuah ketengan hati dan kasih sayang. Apakah bersuami dengan orang temperamental seperti Mas Qomar dapat menenangkan hati saya? Selain itu, dalam Hukum Pascal menyatakan bahwa jika suatu zat cair diberi tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah dan tidak bertambah tekanannya. Sehingga apabila saya diberi tekanan psikologis dari Mas Qomar, saya akan tidak berdaya dan hanya berlari ke sana ke mari tak mengerti arah," jelas Zahra.
"Mohon maaf, Zahra. Mengapa Dek Zahra bisa mengatakan bahwa saya adalah orang temperamental?" tanya Qomar dengan halus.
"Kemarin, saya tidak sengaja melihat Mas Qomar memukuli diri Mas sambil melihat seorang foto perempuan," jawab Zahra singkat.
"Perlu Dek Zahra ketahui bahwa itu merupakan mantan kekasih saya yang telah meninggal karena penyakit kanker dan saya memukuli diri saya sendiri karena saya merasa saya tidak berguna bagi Qonita," ungkap Qomar.
"Maaf, saya memotong pembicaraan kaliyan berdua. Perlu diingat juga bahwa kaliyan belum mengalami proses taaruf, sehingga Zahra belum tau betul sifat dari Nak Qomar khan?", ungkap Pak Kyai.
"Abi, pokoknya Zahra tidak menerima lamaran dari Mas Qomar titk," seru Zahra.
"Zahra, perlu kau ketahui bahwa foto tersebut merupakan foto mantan kekasih saya," ungkap Qomar.
"Abi mendengar sendiri kan apa yang dikatakan Qomar? Zahra takut sekali apabila Zahra hanya sebagai pelarian cintanya," kata Zahra dengan meneteskan air mata.
Semua orang yang mendengar perkataan Zahra hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa – apa.
"Atas nama keluarga, saya mohon maaf dan perlu diingat kalau istri selalu tunduk patuh kepada suaminya serta seorang istri itu butuh cinta dan kasih sayang yang utuh dari suaminya," ucap Pak Kyai.
Qomar dan orang tuanya pun meninggalkan rumah Pak Kyai.
***
Setengah bulan kemudian, adiknya Izzat belajar agama di Pondok Pesantren Ar – Rahman. Karena Kamilia, adik Izzat, selalu minta dijenguk setiap satu bulan sekali, Izzat pun sering ke Pondok Pesantren Ar – Rahman. Anatara Izzat dan Zahra pun semakin dekat. Beberapa bulan kemudian, Izzat melamar Zahra. Zahra pun menerima lamaran itu, walaupun Izzat bukan orang secerdas Qomar dan bukan sekaya Qomar. Mereka berdua pun hidup bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar